Ini Alasan Mengapa Cukup Sering Konflik Manusia dan Buaya Terjadi di Riau - Gatra
Pekanbaru, Gatra.com - Selain kerap berkonflik dengan Harimau dan Gajah, warga Riau juga sering berselisih dengan Buaya. Bahkan konflik dengan hewan melata tersebut hampir merata terjadi di daerah sungai yang ada di Riau.
Menurut Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) area Riau, Suharyono, kawanan Buaya cendrung tidak pernah menetap disatu titik. Hewan Purba ini menjadikan pakan sebagai kompas yang menentukan tempat berkerliaran.
Ada pun jenis Buaya yang banyak dijumpai di Riau, meliputi Buaya Muara dan Buaya Senyulong. "Nah pakan ini sifatnya bisa alami, dan bisa juga terkondisikan secara tidak sadar oleh ulah manusia," ungkapnya kepada Gatra.com, Kamis (14/02).
Pakan alami umumnya dilatari pegerakan ikan di aliran sungai. Perihal sungai, Riau sendiri memang memiliki sejumlah sungai kategori besar, yakni Sungai Siak, Sungai Kampar, Sungai Rokan, Sungai Indragiri dan Sungai Kuantan. Sejumlah sungai tersebut hingga kini masih banyak dikunjungi masyarakat untuk melakukan beragam aktivitas seperti mandi dan mencuci.
Sambung Haryono, pakan lantaran ulah manusia dapat dicontohkan dengan beragam aktivitas di sungai. Aktivitas tersebut lanjutnya dicirikan oleh pembuangan sampah yang menjadi santapan buaya. "Pakan seperi ini misal kita (manusia) membuang perut ayam, babi atau darah. Kebiasan ini sama dengan memancing buaya," tekannya.
Untuk diketahui sejak beberapa tahun belakangan, serangan buaya terhadap manusia selalu terjadi di Riau. Sebagai gambaran pada penghujung tahun 2018 serangan buaya terjadi di beberapa tempat di Riau. Contoh tewasnya nelayan di Kabupaten Rohil atas nama Muhadi, lalu tewasnya seorang pekerja sagu di Meranti, imbas terkaman Buaya.
BBKSDA, sebut Haryono, kerap memberikan sosialisasi kepada warga agar senantiasa waspada bila beraktivitas di sungai. Instansi itu juga menyerukan pemasangan rambu Buaya di desa - desa yang punya rekam jejak pernah terjadi serangan Buaya.
"Kita di BBKSDA Riau tak henti-hentinya melakukan sosialisasi ketempat munculnya buaya. Tapi kita juga tidak bisa melarang buaya datang. Dan jangan juga anggap kehadiran satwa selalu ancaman bagi kita. Mungkin kita lah ancaman bagi satwa," sambungnya.
Penciutan habitat satwa juga punya andil besarnya peluang pertemuan Buaya dengan manusia. Alih fungsi lahan yang demikian kencang di Riau, kata Haryono, cepat atau lambat justru menciptakan jalur pertemuan dengan hewan purba ini. "Lantaran itu mereka (Buaya) sering menyapa manusia, padahal mereka hadir di wilayah sendiri. Ini yang menyebabkan mengapa Buaya masuk ke parit - parit perumahan, karena dulunya itu lingkungan hidup mereka," tutupnya.
Sebagai tambahan, daerah aliran sungai di Riau sejak permulaan tahun 2000 telah bersinggungan dengan kegiatan industri yang massif. Hal itu ditandai dengan munculnya sejumlah pelabuhan - pelabuhan untuk kepentingan masing - masing industri, terutama Sungai Siak. Diketahui lebih dari 30 perusahaan beroperasi di sepanjang aliran Sungai Siak.
Reporter: Febri Kurnia
Editor: Mukhlison
Posted By : LumpaCom - Informasi Tiada Henti
0 Response to "Ini Alasan Mengapa Cukup Sering Konflik Manusia dan Buaya Terjadi di Riau - Gatra"
Posting Komentar